Senin, 23 Juli 2012
LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN AGRIBISNIS (Komoditi Tanaman Jagung)
LAPORAN PRAKTIKUM
MANAJEMEN AGRIBISNIS
(Komoditi Tanaman Jagung)
Disusun
Oleh:
Kelompok
VI
1. Bq.
Riska Rahmadania
2. Desi
Arista
3. Nirmala
4. Muhammad
Sahirin
PROGRAM STUDI
AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
MATARAM
2012
I.
PENDAHULUAN
Jagung merupakan
salah satu komoditas
tanaman pangan yang
mempunyai peranan strategis
dalam pembangunan pertanian dan perekonomian Indonesia.
Komoditas ini mempunyai fungsi multiguna, baik untuk pangan maupun pakan.
Penggunaan jagung untuk pakan mencapai
50% dari total kebutuhan.
Meskipun
jagung di Indonesia merupakan komoditi pangan terpenting ke dua setelah
padi/beras, namun bagi kehidupan
sebagian masyarakat petani di daerah
Nusa Tenggara Barat (NTB) sampai tahapan sekarang, jagung masih merupakan
komoditi pangan andalan. Jagung selain sebagai sumber pendapatan dan lapangan
kerja, juga sebagai komoditi tradable
yang dapat menghasilkan devisa negara melalui ekspor, khususnya di masa-masa
mendatang. Di masa depan terdapat indikasi kuat bahwa tingkat permintaan jagung
oleh industri akan terus meningkat, seiring dengan penambahan penduduk dan
peningkatan kesadaran gizi masyarakat, meskipun tingkat partisipasi konsumsi
dan tingkat konsumsi rumah tangga cenderung akan menurun, baik secara regional
(di NTB) maupun secara nasional (di Indonesia).
Tingkat
konsumsi jagung rumah tangga di NTB menurun dari 16,8 kg/kap/thn pada tahun
1990, menjadi 13,9 kg/kap/thn pada
tahun 1998, dan di tingkat nasional menurun dari 9,72 kg/kap/thn pada
tahun 1990, menjadi 6,81
kg/kap/thn pada tahun 1993 (Diperta NTB, 1998, Departemen
Pertanian, 1999). Sementara tingkat partisipasi konsumsi keluarga menurun dari
52,3 persen pada tahun 1993 menjadi 46,3 persen pada tahun 1996 (Erwidodo, et
al. 1998).
Berdasarkan
informasi tersebut yang diiringi dengan proses penyejagatan ekonomi di tingkat
dunia, maka masalah perdagangan jagung di Indonesia, tidak terlepas dari
situasi perdagangan jagung di tingkat internasional, nasional, dan regional.
Oleh sebab itu maka daya saing jagung Indonesia, khususnya di NTB perlu
diteliti bagaimana keunggulan kompetitif, komparatif, dan dampak kebijakan
pemerintah dalam penerapan harga dan mekanisme pasar jagung setelah tiga tahun
masa krisis berlangsung (1997).
II.
HASIL
KAJIAN DAN PEMBAHASAN
2.
Pengamatan
dari sisi produksi dan konsumsi
a. Prospek Komoditi jagung dari Sisi
Produksi
Nusa
Tenggara barat memiliki potensi lahan pengembangan jagung mencapai 269 ribu
hektar. Pada 2008 tercatat baru 55,5 ribu hektar yang termanfaatkan. Ini
berarti masih tersisa 200 ribu hektar lebih potensi lahan jagung yang belum
tergarap. Potensi lahan terluas ada di Kabupaten Sumbawa 94,3 ribuhektar,
kabupaten Bima 92,3 ribu hektar dan kabupaten Lombok Tengah 52,9 ribu hektar.
Pemerintah
NTB telah menetapkan jagung sebagai salah satu komoditas unggulan daerah.
Kebijakan strategis tersebut diikuti dengan merumuskan cetak biru (blue print)
pengembangan agrobisnis jagung dengan menekankan percepatan, inovasi dan nilai
tambah (PIN).
Strategi
percepatan peningkatan produksi jagung NTB diterapkan dengan perluasan areal
tanam, peningkatan produktivitas, pengamanan produksi jagung, penguatan
kelembagaan dan pembiayaan, peningkatan nilai tambah dan dukungan inovasi
teknologi.
Melalui
percepatan program pengembangan agribisnis jagung, dipatok target produksi
jagung NTB dapat menembus 600 ribu ton pada 2013. Ini artinya mengalami
lompatan hampir lima kali lipat dari produsi jagung NTB 2008 yang baru mencapai
196 ribu ton.
Jika
skenario percepatan pengembangan agribisnis jagung NTB berjalan, maka NTB akan
memberikan sumbangan besar kepada republik ini yang masih membeli jagung dari
pasar dunia rata-rata 1,2 juta ton tiap tahunnya.
b. Prospek Komoditi jagung dari Sisi Konsumsi
Konsumsi
protein maupun energi masyarakat Nusa Tenggara Barat (NTB) melampui
ajuran nasional, yakni untuk konsumsi energi mencpai 2.003 kkal perkapita per
hari dari anjuran 2.000 kkal per kapita per hari. "Sementara konsumsi
protein tercatat 55,8 gram perkapita per hari dari ajuran nasional 52 gram
perkapita per hari," kata Kepala Badan Ketahanan Pangan Daerah (BUKPD)
NTB, Ir. Husnanidiaty Nurdin di Mataram, Jumat.
Sedangkan
dari prospek konsumsi pangan masyarakat NTB masih belum berimbang dan masih
didominasi komoditi kelompok padi-padian dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH)
sebesar 72,7.
Khusus
untuk beras, masyarakat NTB mengkonsumsi 556.777 ton per tahun atau rata-rata
121,7 kg per kapita per tahun, diatas rata-rata nasional sekitar 110 kg per
kapita per tahun. "Besarnya konsumsi beras bagi masyarakat NTB,
menunjukkan bahwa diversifikasi makan di daerah ini masih rendah,"
katanya. Ia mengatakan, untuk merubah pola makan masyarakat NTB dari beras
keanekaragam makanan lain seperti jagung, ubi, ketela dan singkong masih sulit.
Masih
sering dijumpai di sejumlah desa yang masyarakatnya makan nasi yang dicapur
jagung dan ini sudah tradisi, namun tetap saja masyarakat tersebut dinilai
kekurangan pangan. Padahal dari segi produksi padi NTB kemungkinan tidak akan
kekurangan beras malah kelebihan. Produksi padi 2008 tercatat 1,7 juta ton
Gabah Kering Giling (GKG) atau setara 800.000 hingga 900.000 ton beras.
c. Prospek Komoditi jagung dari Sisi
Permintaan
Komoditas
jagung saat ini telah menjadi salah satu komoditas yang strategis. Meskipun masyakarat
Indonesia pada umumnya mengkonsumsi jagung bukan sebagai makanan pokok, namun
permintaan terhadap komoditas ini menunjukkan adanya peningkatan. Peningkatan
permintaan tersebut tidak terlepas dari semakin meningkatnya permintaan jagung
untuk kebutuhan bahan pangan, sebagai bahan baku industri maupun pakan ternak.
3.
Permasalahan Komoditi jagung
dari segi Agribisnis
Permasalahan dalam pemasaran produk pertanian
khususnya jagung pada umumnya adalah mutu produk yang belum standar, ketepatan
pengiriman dan kontinyuitas produksi. Masalah mendasar ini harus diatasi dengan
manajemen hulu-hilir sesuai dengan peran masing-masing dalam setiap simpul
perdagangan dengan memaksimalkan peran asosiasi yang difasilitasi pemerintah.
4.
Subsistem
Yang Berkaitan Dengan Agribisnis
Dalam hal ini
peran subsistem penunjang sangat dibutuhkan dalam peningkatan produksi jagung.
Dimana subsistem penunjang merupakan kegiatan yang menyediakan jasa bagi ketiga
subsistem agribisnis yaitu sibsistem hulu, subsistem hilir dan subsistem
onfarm. Adapun bagian-bagian dari subsistem penunjang dalam Agribisnis serealia
komoditas jagung yaitu :
a. Lembaga-lembaga
jasa pemberi modal kredit.
b. Lembaga
penelitian dan pengembangan
b. Infrastruktur
(Transportasi, Sarana Jalan, dll).
5.
Subsistem Yang Paling Berperan
Dalam hal
peningkatan produksi jagung, subsistem yang paling berperan dalam menunjang
peningkatan produksi jagung adalah subsistem infrastruktur. Infrastruktur
merupakan kebutuhan yang sangat vital sebagai salah satu pendukung utama
dinamika dan aktivitas pertanian. Infrastruktur sebagai salah satu faktor utama
yang mendukung pelaksanaan pengembangan pertanian mempunyai fungsi sebagai
berikut :
a. Sebagai sarana
dalam hal pengadaan benih, pupuk, bahan kimia secara massal dan memungkinkan
penyediaannya menjadi lebih mudah.
b. Membantu
dalam hal pendistribusian sarana produksi pertanian dan pemasaran produk
pangan.
6. Pengembangan
Agribisnis Komoditi jagung
(analisa SWOT)
a.
Kekuatan
:
·
Tersedianya lahan pertanian yang luas
·
Sebagian besar penduduk Gorontalo bekerja di sektor
pertanian.
b.
Kelemahan:
·
Rendahnya kualitas sumber daya manusia dalam
pengelolaan program agribisnis.
·
Pembukaan lahan pertanian jagung secara
besar-besaran.
·
Kegiatan pertanian masih dilakukan secara
sendiri-sendiri sebagai suatu sistem pertanian keluarga.
c.
Peluang:
·
Dukungan pemerintah yang sangat besar terhadap
program agribisnis.
·
Peluang pasar yang terbuka.
·
Pengembangan pertanian di Provinsi Nusa Tenggara
Barat (NTB) sebagai sinergitas budaya masyarakat dengan kekuatan modal
sumberdaya alam dan biodiversitas setempat.
d.
Ancaman:
·
Lemahnya dukungan pembiayaan untuk industrialisasi
pedesaan.
·
Belum kuatnya organisasi petani.
·
Persaingan pasar jagung.
III. PENUTUP
a.
Kesimpulan
Program
agribisnis berbasis jagung di Nusa Tenggara Barat (NTB) telah mengalami
perkembangan yang cukup pesat. Hal ini ditandai dengan peningkatan luas lahan
yang disertai dengan peningkatan produksi jagung. Keberhasilan program
agribisnis berbasis jagung di Nusa Tenggara Barat (NTB) disebabkan karena
pengembangan program ini didasarkan pada budaya dan kearifan lokal yang
mengandalkan ketersediaan sumberdaya alam (ketersediaan lahan, keseburan tanah,
dukungan iklim, topografi) yang merupakan kekuatan utama dari keberhasilan
program tersebut. Dukungan pemerintah yang sangat besar adalah peluang terhadap
pengembangan program ini untuk mencapai tujuan peningkatan perekonomian petani
dan pemenuhan kebutuhan pasar. Akan tetapi rendahnya kualitas sumberdaya manusia
serta kurangnya kontrol terhadap perluasan lahan pertanian menjadi kelemahan
dari implementasi program agribisnis yang nantinya akan berdampak negatif
terhadap kelestarian lingkungan hidup. Ancaman yang cukup berarti terhadap
berlangsungnya program agribisnis adalah lemahnya dukungan lembaga finansial
terhadap industri jagung pedesaan, persaingan pasar jagung, serta ancaman
terhadap degradasi lingkungan hidup.
b. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas strategi pengembangan
program agribisnis berbasis jagung harus diarahkan pada optimalisasi 9
(Sembilan) pilar agribisnis menuju pertanian modern, pemanfaatan sinergitas
budaya dan kearifan local melalui pemberdayaan masyarakat serta monitoring dan
evaluasi pelaksanaan program yang diarahkan pada pengembangan program agribisnis
yang berwawasan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2004.
Rencana Strategis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2005 – 2009.
Bahri
S, 2007. Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Jagung Dengan Konsep Pengelolaan
Tanaman Terpadu (PTT). Departeman Pertanian Sulawesi Selatan.
IPPTP
Mataram. 1998. Laporan Hasil Pengkajian Sistem Usaha Pertanian (SUP)Jagung di
Propinsi Nusa Tenggara Barat. IPPTP, Badan Litbang Pertanian, Departemen
Pertanian, Mataram.
Muhamad,
Fadel. 2007. Mewujudkan Revitalisasi Pertanian Melalui Pembangunan 9
(Sembilan) Pilar Agropolitan Menuju Pertanian Modern.
Sadikin,
Ikin. 2000. Analisis Daya Saing Jagung pasca Krisis dan Dampak Kebijakan
Pemerintah
Dalam Pengembangan Agribisnis Jagung di NTT. Makalah disampaikan pada Seminar
Nasional “Sektor Pertanian Tahun 2000: Kendala, Tantangan dan Prospek” Tanggal
8-9 Nopember 2000 di Bogor (p.1-26).
LAPORAN TEKBEN ACARA II
LAPORAN
PRAKTIKUM
ILMU
DAN TEKNOLOGI BENIH
ACARA
II. UJI
KEMURNIAN BENIH
Disusun oleh:
Muhammad Sahirin
C1M010144
Gelombang II
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2012
ACARA
II. UJI KEMURNIAN BENIH
A.
Tujuan
Paktikum
Praktikum
ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui cara menghitung kemurnian benih
dan dapat mengetahui komposisi dari contoh benih.
B.
Pelaksanaan
Praktikum
1.
Waktu Praktikum : Jum’at, 27 April 2012
2.
Tempat Praktikum : Laboratorium Produksi Tanaman,
Fakultas
Pertanian, Universitas Mataram.
C. Tinjauan Pustaka
Biji
merupakan cara yang paling umum untuk membiakkan
tanaman, menyerbuk sendiri, dan
juga digunakan oleh tanaman menyerbuk silang secara meluas. Dalam istilah agronomi, biji yang digunakan untuk
tujuan pembiakan disebut benih, untuk membedakan dengan segala biji yang
mungkin merupakan produk agronomi yang akan dikonsumsi sebagai pangan atau
bahan industri (Harjadi, 1979).
Salah satu faktor penting yang menentukan
tingkat hasil tanaman adalah benih. Benih bersama dengan sarana produksi
lainnya seperti pupuk, air, cahaya, iklim menentukan tingkat hasil
tanaman. Meskipun tersedia sarana produksi lain yang cukup, tetapi bila
digunakan benih bermutu rendah maka hasilnya akan rendah. Benih bermutu
mencakup mutu genetis, yaitu penampilan benih murni dari varietas tertentu yang
menunjukkan identitas genetis dari tanaman induknya, mutu fisiologis yaitu
kemampuan daya hidup (viabilitas) benih yang mencakup daya kecambah dan
kekuatan tumbuh benih dan mutu fisik benih yaitu penampilan benih secara
prima dilihat secara fisik seperti ukuran homogen, bernas, bersih dari
campuran, bebas hama dan penyakit, dan kemasan menarik (Anonim, 2010).
Pengujian benih ditujukan untuk mengetahui mutu atau kualitas benih.
Informasi tersebut tentunya akan sangat bermanfaat bagi produsen, penjual
maupun konsumen benih. Karena mereka bisa memperoleh keterangan yang dapat
dipercaya tentang mutu atau kualitas dari suatu benih (Sutopo, 1993).
Kemurnian benih adalah persentase berdasarkan berat benih murni yang
terdapat dalam suatu contoh benih. Tujuan utama dari analisis kemurnian benih
adalah untuk menentukan komposisi dari kelompok benih dan untuk
mengidentifikasi dari berbagai spesies benih dan partikel-partikel yang lain
yang terdapat dalam suatu benih. Untuk analisa kemurnian benih, maka contoh uji
dipisahkan menjadi empat komponen yaitu benih murni, benih spesies lain, benih
gulma dan bahan lain atau kotoran (Kartasapoetra, 1986).
D.
Bahan
dan Alat Praktikum
1.
Bahan Praktikum
a.
Benih padi (Oryza sativa)
b.
Benih kacang tunggak (Glizin max)
2. Alat
Praktikum
a.
Meja analisis kemurnian benih
b.
Pinset
c.
Timbangan
d.
Petridish
E. Cara Kerja
1.
Disiapkan benih yang akan diuji dalam sebuah wadah (petridish)
2.
Ditimbang berat benih yang diuji dengan timbangan analitik (berat total).
Penimbangan benih untuk kemurnian, harus sesuai dengan ketentuan dalam
sertifikasi benih yaitu padi 75 gram dan kacang tunggak 150 gram.
3.
Dipisahkan komponen contoh benih yang diuji, kemudian ditimbang.
-
Benih murni= a g
-
Contoh varietas lain= a g
-
Biji gulma= a g
-
Benih kotoran= a g
4.
Persentase dari berat komponen b,c dan d di atas berat totalnya dan
persentase benih murni (a) adalah 100%-total persentase b,c dan d.
5.
Analisis dilakukan 5 kali dengan beda antar ulangan tidak boleh lebih
dari 5 %.
F.
Hasil Pengamatan
Ck padi= 75 garam
Ck k. tunggak= 150 gram
Tabel hasil pengamatan
Klp
|
Padi
|
Kacang
tunggak
|
||||||||||
BM (g)
|
CVL (g)
|
KB (g)
|
BG (g)
|
BM (g)
|
CVL (g)
|
KB (g)
|
BG (g)
|
|||||
1
|
74.57
|
0.37
|
0.35
|
0
|
146.2
|
0.43
|
3.27
|
0
|
||||
2
|
73.41
|
0.91
|
0.51
|
0
|
146.79
|
0.62
|
2.6
|
0
|
||||
3
|
73.36
|
0.67
|
0.65
|
0
|
148.15
|
0.52
|
1.3
|
0
|
||||
4
|
72.55
|
1.61
|
0.89
|
0
|
146.6
|
1.04
|
2.87
|
0
|
||||
5
|
72.93
|
1.22
|
1.05
|
0
|
136.83
|
2.73
|
0.53
|
0
|
||||
Total
|
366.82
|
4.78
|
3.45
|
0
|
724.57
|
5.34
|
10.57
|
0
|
||||
Rerata
|
73.364
|
0.956
|
0.69
|
0
|
144.914
|
1.068
|
2.114
|
0
|
||||
Keterangan:
BM : Benih Murni
CVL : Contoh
Varietas
Lain
KP : Kotoran Benih
BG : Biji Gulma
Tabel perhitungan
Klp
|
Padi
|
Kacang
tunggak
|
||||||
BM %
|
CVL %
|
KB %
|
BG %
|
BM %
|
CVL %
|
KB %
|
BG %
|
|
1
|
99.05
|
0.49
|
0.46
|
0
|
99.28
|
0.28
|
0.44
|
0
|
2
|
98.11
|
1.21
|
0.68
|
0
|
97.86
|
0.41
|
1.73
|
0
|
3
|
98.24
|
0.89
|
0.87
|
0
|
98.78
|
0.35
|
0.87
|
0
|
4
|
96.94
|
2.14
|
0.92
|
0
|
97.4
|
0.69
|
1.91
|
0
|
5
|
96.98
|
1.62
|
1.42
|
0
|
97.83
|
1.82
|
0.35
|
0
|
Total
|
489.32
|
6.35
|
4.35
|
0
|
491.15
|
3.55
|
5.3
|
0
|
Rerata
|
97.864
|
1.27
|
0.87
|
0
|
98.23
|
0.71
|
1.06
|
0
|
Cara perhitungan:
Berdasarkan
data pada kelompok kami yaitu bada
kelompok 1.
1. Benih
padi (Oryza sativa)
a. Contoh Varietas lain
b. Biji
gulma
c. Kotoran benih
d. Persentase
benih murni
*
Cara menghitung persentase benih yang lain menggunakan cara perhitungan yang
sama seperti cara perhitungan diatas*
2. Benih
kacang tunggak (Glizin max)
a. Contoh Varietas lain
b. Biji
gulma
c. Kotoran benih
d. Persentase
benih murni
*
Cara menghitung persentase benih yang lain menggunakan cara perhitungan yang
sama seperti cara perhitungan diatas*
G.
Pembahasan
Pada perlaksanaan praktikum, dilakukan penimbangan
benih dan analisis persentase kemurnian benih. Benih terlebih dahulu ditimbang
sesuai dengan petunjuk. Setelah ditimbang, benih kemudian disortasi atau
dipisahkan berdasarkan komponen seperti, Benih Murni (BM), Contoh Varietas Lain
(CVL), Biji Gulma (BG) dan Kotoran Benih (KB). Komponen yang telah dipisahkan,
masing-masing ditimbang. Adapun hasil penimbangan pada benih padi dan kacang
tunggak yaitu:
1.
Benih padi
-
Benih Murni (BM)
= 74,57 gram
-
Contoh Varietas
Lain (CVL) = 0,73 gram
-
Biji Gulma (BG)
= 0 gram
-
Kotoran Benih
(KB) = 0,35 gram
2.
Benih kedelai
-
Benih Murni (BM)
= 146,2 gram
-
Contoh Varietas
Lain (CVL) = 0,43 gram
-
Biji Gulma (BG)
= 0 gram
-
Kotoran Benih
(KB) = 3,27 gram
Dari
hasil penimbangan, dilakukan analisis persentase kemurnian benih terhadap
masing-masing benih yang diuji. Hasil perhitungan persentase kemurnian benih
pada benih padi dan kacang tunggak, yaitu:
1. Benih padi
-
Benih Murni (BM)
= 99,04 %
-
Contoh Varietas
Lain (CVL) = 0,49 %
-
Biji Gulma (BG)
= 0 %
-
Kotoran Benih
(KB) = 0,46 %
2. Benih kedelai
-
Benih Murni (BM)
= 99,28 %
-
Contoh Varietas
Lain (CVL) = 0,28 %
-
Biji Gulma (BG)
= 0 %
-
Kotoran Benih
(KB) = 0,44 %
Untuk perhitungan uji kemurnian benih
yang lain, dapat diperoleh pada kelompok lain sehingga didapatkan rata-rata
benih murni, diantaranya yaitu; rata-rata benih murni padi = 97.864
% dan rata-rata benih murni kacang tunggak = 98.23 %.
Selisih
persentase nilai uji kemurnian benih antara kelompok yang satu dengan kelompok
yang lain, yaitu kurang dari 5%, jadi
dapat dikatakan bahwa benih yang diuji dapat memenuhi syarat sebagai benih
unggul.
H. Kesimpulan
1. Hasil
persentase uji kemurnian benih yang paling tinggi adalah benih kacang tunggak dengan persentasenya
adalah 99,28%.
2. Rata-rata benih murni padi = 97.864
% dan rata-rata benih murni kacang tunggak = 98.23 %.
3. Selisih
persentase nilai uji kemurnian benih antara kelompok yang satu dengan kelompok
yang lain, yaitu kurang dari 5%, jadi
dapat dikatakan bahwa benih yang diuji dapat memenuhi syarat sebagai benih
unggul.
Daftar
Pustaka
1. Anonim,
2010. Pentingnya
penggunaan benih bermutu untuk peningkatan
produksi pertanian.http://www.wikipedia.com.
2. Harjadi,
M.M. Sri Setyadi. 1979. Pengantar
Agronomi. PT
Gramedia: Jakarta.
3. Sutopo L, 1993. Teknologi
Benih. CV Rajawali Pers: Jakarta.
Langganan:
Postingan (Atom)